
Konsep “Outdoor Clasroom” seringkali disamakan dengan “Outdoor Study” atau “Outing Class” sebagai metode dan pendekatan pembelajaran di luar kelas. Pembelajaran di luar kelas merupakan kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di luar kelas atau di alam terbuka sebagai tempat sekaligus sumber belajar. Misalnya, belajar sambil bermain di lingkungan sekolah, taman sekolah, lingkungan sekitar sekolah, perkampungan, permukiman, lahan pertanian/perkebunan, dan lain-lain dengan menyenangkan untuk memperoleh pengalaman hidup dan kepekaan lingkungan yang sangat berpengaruh juga pada kecerdasan siswa.
Pendekatan pembelajaran outdoor classroom memiliki manfaat, yaitu : (1) siswa dapat beradaptasi dengan lingkungan, alam sekitar, serta dengan kehidupan masyarakat; (2) siswa bisa mengetahui pentingnya keterampilan hidup dan pengalaman hidup di lingkungan dan alam sekitar; (3) siswa dapat memiliki apresiasi terhadap lingkungkan dan alam sekitar.
Sehubungan dengan Pembelajaran Projek Tema ke-3 tentang Kearifan Lokal, pada hari Sabtu tanggal, 21 Mei 2022, SMPN 3 Sumenep melaksanakan outdoor classroom day dengan membawa para siswanya belajar langsung di pusat-pusat kegiatan yang masih konsisten melestarikan dan mengembangkan budaya atau kerajinan yang berbasis local wisdom. Kegiatan ini bertema Kearifan Lokal dengan sub tema “Local Wisdom Puppeteer Mask Art and Home Industry Woven Sticks”. Diikuti oleh semua siswa kelas VII dengan didampingi oleh Guru pengajar kelas VII SMPN 3 Sumenep.
Tempat yang pertama dikunjungi adalah Perkumpulan Topeng Dalang “Sinar Kemala” Desa Paberasan Kecamatan Kota Sumenep. Mengambil tempat di balai desa Paberasan, para siswa disuguhi dengan pementasan mini topeng dalang yang berhasil menyita perhatian dan disambut antusias oleh para siswa dan guru-guru pendamping.
Seni topeng merupakan bentuk kesenian teater rakyat tradisional yang paling komplek dan utuh. Hal tersebut disebabkan dalam kesenian topeng mengandung unsur cerita,unsur tari,unsur music,unsur pedalangan dan unsur kerajinan,sehingga bentuk kesenian ini, dianggap paling pas untuk digunakan sebagai media dakwah dengan tanpa menghilangkan unsur hiburannya yang kental dengan aroma kerakyatan.
Rahman Saleh, Kepala Desa Paberasan, berpesan kepada para generasi muda khususnya siswa SMPN 3 Sumenep, agar tidak alergi terhadap kebuadayaan tradisional dan terus melestarikan budaya dan kearifan lokal di Sumenep sebagai produk leluhur.
Dalam kesempatan tersebut siswa berusaha mencari data secara detail berkaitan dengan kesenian Topeng Dalang yang mereka saksikan. Melalui wawancara para siswa melakukan tanya jawab dengan para pelaku kesenian topeng dalang tersebut. Beberapa hal yang menjadi pertanyaan siswa adalah tentang sejarah berdirinya perkumpulan, Siapa pendirinya, siapa ketua perkumpulannya, siapa yang menjadi dalang ketika pementasan, bagaimana dengan pakaian atau kostum para pemainnya, cerita tentang apa saja yang dibawakan ketika penampilan, dan lain-lain. Dari proses ini diharapkan para siswa menjadi lebih mengerti tentang seluk beluk kesenian tersebut dan pada gilirannya menimbulkan apresiasi dan rasa tanggungjawab untuk menjamin kelestariannya.
Tempat Kedua yang menjadi tujuan pembelajaran projek kali ini adalah Pusat Industri Anyaman Lidi yang ada di Desa Grujugan Kecamatan Gapura. Para siswa disambut oleh Kepala Desa Grujugan berserta aparatnya serta para pelaku industri Anyaman Lidi yang ada di desa tersebut. Bertempat di Balai Desa Grujugan para siswa diajak untuk melihat dan mempraktekkan secara langsung proses pembuatan berbagai produk dengan bahan baku lidi. Dengan keterampilan khusus lidi-lidi tersebut dianyam menjadi beberapa produk yang salah satunya berbentuk piring.
Piring Anyaman Lidi kerap kita temui ketika makan di lesehan atau pun tempat-tempat makan. Piring ini begitu praktis karena ringan dan sangat unik. Banyak lesehan dan warung makan menggunakan piring lidi daripada dengan piring yang terbuat dari kaca atau piring plastik, melamin yang biasanya digunakan sehari-hari. Selain praktis, piring lidi juga tidak perlu untuk dilakukan cuci berulang kali, karena biasanya penggunaannya akan dilapisi daun pisang atau pun kertas makan, jadi tidak perlu khawatir akan kemudahan ini. Selain itu, di lihat dari segi pembuatannya memang piring ini sungguh unik dan pastinya banyak teknik yang harus dikuasai untuk membuat piring anyaman yang terbuat dari lidi ini.
Ketua Tim Pembelajaran Projek 3, Drs. Ach. Zaini, yang sehari-hari adalah guru Pendidikan Agama Islam, menuturkan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu tahap dari 16 tahap kegiatan di pembelajaran projek tema 3 ini. Sebelum siswa belajar ke luar sekolah, mereka telah dibekali dengan pengetahuan secara teori tentang Kesenian Topeng Dalang dan Industri Anayaman Lidi di sekolah melalui beberapa kali tatap muka. Bahkan sekolah mengundang narasumber yang paham akan adat dan budaya tradisional di kabupaten Sumenep.
Dalam kesempatan yang sama, anggota Tim yang lain, yaitu Tina Soekesi, S.Pd, guru pengajar mata pelajaran IPS, menyampaikan bahwa tujuan dari kegiatan pembelajaran projek tema ke-3 ini (Kearifan Lokal) adalah ingin menganalisis budaya daerah yang dapat dijadikan sumber inspirasi sehingga menghasilkan karya orisinal untuk mendukung kelestarian budaya daerah, serta mempublikasikan kekayaan budaya sekitar kepada masyarakat luas. Dimensi profil Pelajar Pancasila yang ingin ditanamkan kepada para siswa adalah beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, kebhinekaan global, kreatif, dan gotong royong.
Komentar Terbaru